Rabu, 25 Februari 2015

#kelilingborneo (1) Pontianak 2, 21 Januari 2015

Pagi hari sebelum ke Bandara, ke tugu Katulistiwa. Tugu ini terletak di Siantan, sehingga dari alun-alun harus menyeberang. Ada jalan tol (jembatan, namun disebut jalan tol) yang tidak perlu menyeberang, namun agak jauh, dan bila tidak menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya melalui penyebrangan feri.

Tarif penyebrangan per orang Rp 2.500,- sedang jika naik motor untuk dua orang, lebih murah tarifnya.

Dari penyebrangan siantan, untuk menuju tugu katulistiwa menggunakan oplet berwarna merah, dan ongkosnya Rp 4.000 per orang.  Sebelum BBM naik, ongkos oplet Rp 3.000,-

Indonesia dilintasi garis katulistiwa atau equator. Selain di Pontianak, tugu katulistiwa juga ada di Kutai, sekitar 25 KM menuju Bontang dan di Raja Ampat, Papua. 

Namun, Tugu Katulistiwa di Pontianak yang lebih terawat. 


Didalam ini adalah tugu yang asli. Kemudian dibangun tugu replika yang lebih besar tepat diatas gedung.  Replika tugu juga dapat dilihat di alun-alun.  



Namun, titik 0 Lintang sedikit mengalami perubahan. Perubahan titik masih berada dalam lingkungan tugu, yaitu dekat laut. Dan setiap tanggal 21-23 bulan Maret dan September, titik 0 kembali pada tugu ini. Disinilah selama 5 - 10 menit kita bisa "tidak punya" bayangan. Hahaha.. dan untuk tahun 2015 ini, jatuh pada tanggal 23 Maret dan 23 September. Hayooo.. yang mau selfie gak ada bayangan, catat tanggalnya untuk berkunjung ke Tugu Katulistiwa.


Perhatikan gambar diatas, garis hijau di lantai adalah garis lingang. Di sebelah kiri adalah lintang utara (LU) sedangkan di sebelah kanan adalah lintang selatan (LS).


Di tugu katulistiwanya ada sertifikat loh.. Kalau di Aceh, sertifikat tugu 0 KM-nya bayar Rp 30.000,-. di Pontianak, sertifikatnya gratis... :)






 
Selesai dari tugu katulistiwa, kami menyeberang ke alun-alun dan kembali ke penginapan untuk terbang ke Palangkaraya.

Masih banyak wisata di Pontianak sebenarnya, seperti keraton Khadariyah, masjid Jami, masjid Raya Mujahiddin.


Namun karena waktu yang tidak cukup dan hujan lebat, kami juga melihat Masjid Jami dan Kraton Khadariyah dari belakang pasar Tanjung Pura. Itupun hanya sebentar, lalu kami memutuskan kembali ke penginapan dan mengambil barang menuju bandara.

Taksi dari penginapan menuju bandara sekitar Rp 120.000,- jika memanggil taksi tidak melalui hotel, maka biaya yang dikenakan bisa Rp 100.000,-

Kalau mau charter atau sewa mobil bisa telp Aris taksi +6281256743544. Sewa lepas kunci sekitar Rp 250.000,- selama 24 jam.

Kalau mau minta dijemput di bandara dan langsung bawa mobil, coba diobrolin dulu. sambil kasih jaminan menginap dimana.



Nah, balik lagi ke fun trip #kelilingborneo, tiba di bandara jam 13:00 karena pesawat pukul 14:20 WIB. Namuuunnn... ternyata bandara ditutup... hadeuh.. nyesek banget... karena saat itu kondisi hujan deras, dan kami sudah berusaha untuk tidak terlambat ke bandara.  Kalau saja kami tau, kami bisa jalan-jalan dulu, lumayan 2 jam. 






Bandara ditutup karena Jokowi mau pulang ke Jakarta. Oh ya, Jokowi datang persis pas kami datang, cuma beda jam. Kami duluan sampai Pontianak, baru Jokowi. Eh, pas pulang, dilalah barengan.. Pesawat Republik Indonesia sudah parkir di gate 2.

Bete juga harus nunggu 3 jam, untungnya saya bisa menunggu di executive lounge. Bisa tiduran sejenak dan makan.  Informasi keberangkatan Jokowi simpang siur, ada yang bilang dari Entikong, Jokowi naik helikopter turun di Lanud dan langsung ke pesawat, namun ada yang bilang juga, setelah turun dari helikopter, masuk bandara dan berjalan melalui gate.  Jiah, jangan-jangan yang di lounge steril juga nih kalau sampe Jokowi jalan-jalan di dalam bandara menuju gate. Makin bete aja denger info ini.



Jam 16:00 WIB penumpang dipersilahkan masuk pesawat. Harusnya jam segitu saya sudah bisa berada di Palangkaraya dan berjalan-jalan menikmati suasana, ini saya baru mau terbang. Untung saya memutuskan 2 (dua) malam di Palangkaraya, kalau rencana semula, hanya 1 (satu) malam, saya bisa makin bete deh, Gak mungkin ngubek-ngubek Palangkaraya hanya 2 jam dipagi hari sebelum akhirnya ke Banjarmasin.

Pesawat Garuda menuju Palangkaraya menggunakan Explore Jet alias Bombardir yang memuat hanya 70 penumpang. Hampir semua penumpang ngomel melihat pesawat yang kecil. Namun kami malah asik foto-foto. Pesawat jenis ini sudah pernah saya naiki ketika dari Aceh menuju Medan.


Pesawat ini terkenal cepat dan tangguh untuk menghadapi cuaca. Goncangan tidak terlalu terasa, dan karena bentuknya kecil dan pendek, bagi yang ukuran tubuhnya semampai, tentu suka, karena bisa menyentuh cabin untuk menaruh tas. Hahaha.... 



Di pesawat ATR-200 ini, ada seorang pramugara ganteng dan seorang pramugari cantik. :) Nah, karena ini pesawatnya kecil yang memuat sekitar 70 orang, sehingga tidak ada entertainment seperti pesawat Garuda lainnya.  Nah, berhubung yang memperagakan adalah pramugaranya, ya yang dijepret yang ganteng aja.. hahaha...



Kalimantan terkenal dengan banyaknya sungai. Terlihat dari udara, aliran sungai dimana-mana dan terlihat menyatu.

Di udara, cuaca sangat buruk. Terlihat pesawat melintasi awan hitam besar. Inikah awan CB yang sedang ramai dibicarakan karena Air Asia jatuh? Pesawat goyang cukup hebat, sambil berpegangan kami terus berdoa.

Goncangan hebat hanya berlangsung sekejap, namun goncangan-goncangan kecil kerap terjadi. Jika terjadi pada pesawat lain, goncangan kecil itu akan terasa sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar